Main Article Content
Abstract
Gambaran Mikrofilaria pada Penderita Filariasis yang Telah Mendapat Pengobatan Di Desa Batuah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015
Muhammad Fahmi(1), Rifqoh(2), Dian Nurmansyah(1)
Akademi Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No.1
Telp. (0511) 7672224 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714
Email : fahmimuhammad2121@gmail.com
ABSTRAK
Filariasis adalah penyakit menular menahun, disebabkan oleh cacing filaria pada saluran dan kelenjar getah bening yang mengakibatkan lymphangitis dan elephantiasis. Desa Batuah merupakan salah satu wilayah yang ada di Sampit dengan persentase mikrofilaria terbesar dibandingkan wilayah di sekitarnya. Dari 196 jumlah penduduk desa Batuah yang diperiksa oleh petugas eliminasi filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2013 didapat 5 kasus positif filariasis dengan angka mikrofilaria 2,55% yang di dominasi oleh cacing filaria Brugia malayi. Dari Puskesmas setempat juga telah dilakukan program pengobatan massal dengan pemberian obat DEC yang dikombinasikan dengan albendazole selama 12 hari pada tanggal 14-16 Juli 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan yang dilakukan instansi setempat terhadap penderita filariasis di desa Batuah. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan mikrofilaria ini adalah dengan metode mikroskopik. Pada tanggal 27 April 2015 jam 22.30 WIB dilaksanakan pengambilan darah kapiler terhadap 5 penderita filaria yang dinyatakan positif pada pemeriksaan sebelumnya yang telah diberi pengobatan DEC+Albendazol, akan tetapi hanya didapat 4 sampel karena 1 penderita sebelumnya telah meninggal dunia dan perhitungan angka mikrofilaria rate hanya menggunakan 4 sampel yang telah diperiksa dan hanya didapat 1 sampel positif dari keseluruhan 4 penderita. Pelaksanaan pengobatan yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dinyatakan berhasil karena terjadi penurunan angka mikrofilaria rate yang sebelumnya 2,55% menjadi 0,51% (<1%). Dari hasil tersebut diharapkan dilakukan pengobatan ulang dari Dinas Kesehatan setempat karena masih terdapat hasil positif filariasis dan melakukan pengawasan terhadap penderita untuk tidak berhenti meminum obat agar proses penyembuhan berjalan dengan baik.
Kata kunci : mikrofilaria, mikrofilaria rate, DEC, albendazole
(1) Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
(2) Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin
Muhammad Fahmi(1), Rifqoh(2), Dian Nurmansyah(1)
Akademi Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No.1
Telp. (0511) 7672224 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714
Email : fahmimuhammad2121@gmail.com
ABSTRAK
Filariasis adalah penyakit menular menahun, disebabkan oleh cacing filaria pada saluran dan kelenjar getah bening yang mengakibatkan lymphangitis dan elephantiasis. Desa Batuah merupakan salah satu wilayah yang ada di Sampit dengan persentase mikrofilaria terbesar dibandingkan wilayah di sekitarnya. Dari 196 jumlah penduduk desa Batuah yang diperiksa oleh petugas eliminasi filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2013 didapat 5 kasus positif filariasis dengan angka mikrofilaria 2,55% yang di dominasi oleh cacing filaria Brugia malayi. Dari Puskesmas setempat juga telah dilakukan program pengobatan massal dengan pemberian obat DEC yang dikombinasikan dengan albendazole selama 12 hari pada tanggal 14-16 Juli 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan yang dilakukan instansi setempat terhadap penderita filariasis di desa Batuah. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan mikrofilaria ini adalah dengan metode mikroskopik. Pada tanggal 27 April 2015 jam 22.30 WIB dilaksanakan pengambilan darah kapiler terhadap 5 penderita filaria yang dinyatakan positif pada pemeriksaan sebelumnya yang telah diberi pengobatan DEC+Albendazol, akan tetapi hanya didapat 4 sampel karena 1 penderita sebelumnya telah meninggal dunia dan perhitungan angka mikrofilaria rate hanya menggunakan 4 sampel yang telah diperiksa dan hanya didapat 1 sampel positif dari keseluruhan 4 penderita. Pelaksanaan pengobatan yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dinyatakan berhasil karena terjadi penurunan angka mikrofilaria rate yang sebelumnya 2,55% menjadi 0,51% (<1%). Dari hasil tersebut diharapkan dilakukan pengobatan ulang dari Dinas Kesehatan setempat karena masih terdapat hasil positif filariasis dan melakukan pengawasan terhadap penderita untuk tidak berhenti meminum obat agar proses penyembuhan berjalan dengan baik.
Kata kunci : mikrofilaria, mikrofilaria rate, DEC, albendazole
(1) Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
(2) Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin