Main Article Content

Abstract

Jamu tradisional merupakan suatu warisan bangsa Indonesia yang dikenal sejak dahulu. Syarat jamu tradisional yaitu aman, bermutu dan bermanfaat. Untuk menjaga mutu jamu pentingnya memperhatikan pengeringan dan penyimpanan. Pengeringan dan penyimpanan yang tidak terkontrol akan menyebabkan terjadinya penyerapan air kembali dan mempermudah tumbuhnya mikroorganisme seperti Aspergillus sp yang merupakan kapang xerofilik dan berpotensi menghasilkan mikotoxin yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya cemaran Aspergillus sp. pada jamu serbuk tradisional yang dijual di Kota Banjarbaru 2020, untuk mengetahui persentase cemaran pada jamu, persentase cematan bedasarkan prosedur pengeringan, kadar air dan penyimpanan jamu serbuk tradisional. Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan mengamati cemaran Aspergillus sp serta  proses pengeringan dan penyimpanan jamu. Isolasi Aspergillus sp menggunakan media SDA, selanjutnya melakukan pengamatan di bawah mikroskop untuk memastikan Aspergillus sp atau tidak. Pengamatan Aspergillus sp dengan pewarnaan Lactofenol Cotton Blue, dengan perbesaran 400x. Hasil penelitian menunjukkan dari 20 sampel jamu serbuk 80% positif Aspergillus sp. Berdasarkan cara pengeringan jamu serbuk, dengan cara di sangrai positif Aspergillus sp sebanyak 6 sampel (30%) dan 2 sampel (10%) negatif Aspergillus sp, dengan cara Panas Matahari sebanyak 9 sampel (45%) positif Aspergillus sp, dan 1 sampel (5%) negatif Aspergillus sp dan dengan tanpa penjemuran yang positif tercemar Aspergillus sp sebanyak 1 sampel (5%), 1 sampel (5%) negatifAspergillus sp. Dari 70 % jamu yang tidak memenuhi syarat kadar air, 50% tercemar Aspergillus sp Berdasarkan kondisi tempat penyimpanan, jamu serbuk tradisional yang tercemar Aspergillus sp dari toples kaca sebanyak 35% dan toples plastik sebanyak 45%.

Article Details